29 Desember 2011

IMO X3, Tablet Super Murah

Vendor lokal IMO kembali menghadirkan tablet android keduanya yang super murah yang diberi nama IMO X3.
Tablet IMO X3 hadir dengan sistem operasi Android 2.2 Froyo dan layar 7 inci ini ditenagai dengan prosesor 400 MHz.
Beberapa fitur yang ditawarkan di antaranya Wi-Fi 802.11 b/g. kamera, audio/video player, Youtube, serta slot kartu microSD yang dapat memperluas kapasitas penyimpanan data hingga 32 GB.
Tak cukup sampai di situ, fasilitas lain seperti E-book, Document to Go (Word, Excel, Powerpoint, pdf), Gmail, Google Search, App market, Clock dan G-sensor juga bisa dinikmati pada IMO X3 yang dibanderol dengan harga Rp 799.000 saja ini.
IMO X3 ini sudah tersedia pada bulan September 2011 lalu untuk menyasar segmen low end. Sudah murah harganya dikasih bonus pula berupa memory micro SD 4GB dan konektor modem.
IMO X3 tablet Android Froyo super murah ini tidak bisa dipakai untuk telepon dan kirim SMS atau MMS dengan jaringan GSM.
IMO X3 memiliki layar TFT touchscreen 7 inch WVGA wide-screen resolusi 800 × 480 piksel, prosesor WM8650 400 MHz, memory internal 2GB storage, 256MB RAM, koneksi WiFi dan modem, browser HTML, baterai Lithium ion 1450 mAh yang bisa Standby hingga 10 jam dan putar video hingga 3 jam juga ada kameranya.
Dalam paket pembeliannya ada tablet, charger, memory micro SD 4GB, dongle X3, buku garansi, juga buku panduan.

28 Desember 2011

Manusia Tidak Pernah Mendarat Di Bulan ?

Judul            : Manusia Tidak Pernah Mendarat Di Bulan ?
Pengarang  : Sony Set. & Andra Nuryadi
Penerbit       : Grasindo
Tahun Terbit : 2004
ISBN             : 979-732-763-9
Tebal           : 164 Halaman



Manusia Tidak Pernah Mendarat di Bulan ? Dari judul buku karya Sony Set. & Andra Nuryadi ini pengarang kembali mengingatkan kita pada peristiwa besar dan penting dalam sejarah, yaitu tentang pendaratan manusia di Bulan. Pendaratan manusia untuk pertama kalinya di Bulan ini adalah peristiwa yang sangat membanggakan bagi umat manusia khususnya Amerika Serikat selaku negara yang berhasil mencapai prestasi ini melalui NASA dalam proyek Apollo. Pendaratan Neil Amstrong dan Aldrin Buzz dalam misi Apollo 11 dapat disaksikan oleh penduduk bumi melalui siaran televisi dan radio dan kata – kata Amstrong yang paling terkenal dari permukaan Bulan adalah “One small step man, giant step for mankind…” tersebar ke seluruh dunia.
       Namun, setelah peristiwa besar itu terjadi banyak bermunculan teori – teori konspirasi akan pendaratan manusia di Bulan. Banyak orang yang mempertanyakan apakah pendaratan itu benar – benar terjadi atau rekayasa belaka akibat perang dingin yang terjadi antara Amerika dan Rusia ? Berbagai kejanggalan muncul dari banyak sudut, mulai dari foto – foto janggal pendaratan manusia di Bulan, berbagai hukum alam, hitungan matematis, dsb. Sampai saat ini berbagai konspirasi muncul dan NASA pun belum memberikan penjelasan yang memuaskan akan pertanyaan – pertanyaan yang muncul.
       Buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kembali akan peristiwa besar tersebut. Peristiwa Apollo 11 sudah lama berlalu, dunia seakan ‘puas’ dengan kesuksesan Apollo 11 hingga Apollo 17. Dalam berjalannya waktu, teknologi berkembang sangat pesat. Sayangnya, dengan perkembangan teknologi yang lebih maju dan modern belum tersiar lagi berita pendaratan manusia di Bulan. Pernahkah manusia mendarat di Bulan ?
       Melalui buku ini, pengarang akan membahas mengenai proyek NASA dalam misi mendaratkan manusia di Bulan beserta berbagai konspirasi yang ada. Sebelum membahas konspirasi, pembaca disuguhi sejarah singkat mengenai roket, sedikit tentang perlombaan ruang angkasa antara Amerika dan Rusia, serta proyek NASA hingga detik – detik pendaratan Apollo 11.
       Dalam membahas teori – teori yang ada, penulis memberikan berbagai analisis ilmiah dan logika melalui hitungan matematis, hukum alam, fisika dan teori sederhana. Penulis juga memberikan analisa gambar tentang foto – foto dokumenter misi Apollo sehingga pembaca akan disuguhi gambar foto – foto yang dianggap janggal dalam buku ini. Selain itu, juga terdapat berbagai link yang disisipkan dalam buku dimana pembaca dapat menjelajahi lebih lanjut topik yang bersangkutan melalui internet. 
      Buku ini mencoba menyajikan wacana itu secara populer dan mengasyikkan, mencoba untuk menumbuhkan rasa ingin tahu Anda. Bukalah mata hati dan logika Anda, bersiaplah untuk masuk dalam sebuah teori yang sangat menarik dan tidak terlupakan. Selamat membaca.


Original Post by Greg.Elmo

13 Desember 2011

Komik 5cm


Judul        : Komik 5cm
Penulis    : Donny Dhirgantoro
Penerbit  : Grasindo
Kategori  : Komik Remaja
Tebal       : 176 Halaman



Masih ingat dengan kisah novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro ? Nah, kali ini novel yang bercerita tentang persahabatan antara Genta, Arial, Zafran, Ian dan Riani ini muncul kembali loh. Setelah berhasil dengan novelnya, akhirnya terbit juga komiknya dengan judul yang sama, Komik 5 cm.
Bagi pembaca setia novelnya, komik ini mampu mengingatkan kita kembali akan perjuangan kelima sahabat ini dalam mencapai puncak gunung semeru. Sebagaimana kehebatan novelnya, komik ini juga tak kalah menakjubkan. Penuh dengan semangat nasionalisme, cinta tanah air, serta kegigihan dalam menggapai impian dan cita-cita yang dibalut dalam indahnya persahabatan.
Banyak hal-hal menarik dari buku komik setebal 176 halaman ini. Pertama desain covernya yang terbilang cukup oke dan menarik. Pencitraan tokoh-tokoh sentralnya, seperti Genta, Zafran, Arial, Ian dan Riani satu persatu di awal cerita terasa begitu pas. Sehingga tidak menyulitkan penggambaran tokohnya bagi pembaca yang baru pertama kali membaca komik 5 cm ini.
Kedua, bentuk grafis dari tokoh-tokoh ini dirasa sangat cocok dengan imajinasi para pembaca novelnya. Genta yang dianggap sebagai leader dalam kelompok, Zafran yang berlagak seperti seorang penyair dan Arial yang paling tampan. Selain itu penggambaran tokoh Ian yang badannya paling subur dan tambun serta Riani sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok ini. Is Yuniarto berhasil mengangkat novel 5 cm menjadi begitu nyata dalam bentuk komik.
Ketiga, tidak ketinggalan kalimat-kalimat andalan yang menjadi nyawa dalam novel 5 cm. Semuanya akan dapat kita temui dalam buku komik ini. Bahkan para pembaca pun akan dibuat mengharu biru disaat membacanya. Kecintaan mereka terhadap tanah air bangsa ini begitu bersemangat dan menggetarkan jiwa raga. Tidak heran jika Good Reads Indonesia menjuluki novel 5cm sebagai buku Indonesia sepanjang masa.
Kisah bermula ketika Genta, Zafran, Arial, Ian dan Riani, lima sahabat yang sejak SMA selalu bersama tiba-tiba berubah. Mereka membuat kesepakatan untuk berpisah dan tidak berhubungan sama-sekali. Hingga suatu saat, kelima anak muda ini bertemu kembali untuk melakukan sebuah perjalanan yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.Ya, perjalanan hati, impian dan harapan yang membawa mereka berdiri di salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Selamat membaca.

9 Desember 2011

Poconggg Juga Pocong


Judul         : Poconggg Juga Pocong
Penulis      : @poconggg
Penerbit    : Bukune
Kategori    : Novel Komedi
Tebal        : 142 Halaman





Siapa yang tak kenal @poconggg, terlebih para penggiat jejaring sosial twitter. Sosok anonim ini dicintai karena kekonyolannya saat berkicau. Tak heran jika ia dikenal layaknya selebritis di Indonesia. Dan banyak orang menganggapnya sebagai Seleb Twitter. Walau begitu, tidak diketahui secara pasti siapa tokoh dibalik akun ini. Yang jelas ia memperkenalkan dirinya sebagai a paranormal and ghost from Indonesia.
Buku Poconggg juga Pocong ini adalah debut pertamanya sebagai penulis. Awalnya poconggg bukanlah seorang penulis, melainkan hanyalah seorang penulis dadakan karena banyaknya minat dari para followernya di dunia maya. Namun kualitas tulisan dari buku ini patut kita acungi jempol. Tidak bisa diragukan lagi.
Sosok fenomenal yang seharusnya ditakuti ini akan membuat pembacanya tersenyum simpul serta tertawa lewat tulisannya. Ada satu hal yang perlu diingat, berkali-kali dirinya menegaskan kalo pembaca bukunya nggak usah capek-capek mikirin gimana cara ia menulis buku ini. “Gue tegasin, kalian nggak usah capek-capek mikirin gimana caranya gue nulis buku ini. Mau pake gigi atau sewa joki, itu urusan gue. Yang harus kalian lakukan adalah, baca aja dan jangan nyinggung-nyinggung masalah tangan, deal ?” ujarnya di kata pengantar.
Melalui buku PJP ini, seikat pocong akan berbagi pengalaman konyolnya. Mulai dari perjalanan kisah cinta sejenisnya (maksudnya sama-sama setan, red), kisah nistanya menjadi pocong cupu, hingga ramalan-ramalan jitu yang terangkum dalam bab prediksi poconggg.
Enam puluh persen isi dari buku PJP ini bercerita tentang kehidupan seikat pocong. Benar-benar fiksi. Makanya, jika sedang membaca buku ini jangan pernah membayangkan kehidupan poconggg di dunia nyata, bener-bener gak masuk akal. Selebihnya ia menceritakan tentang kejenakaan email-email dari para fans atau followernya.
Bagi pencinta buku-buku novel komedi, mungkin akan menyukai gaya penulisannya. Terlihat polos dan tidak dibuat-buat. Meski begitu sangat disayangkan buku ini lebih sedikit isinya jika dibanding novel-novel komedi lainnya. Sehingga beberapa pembaca beranggapan kalo buku ini lebih cocok disebut buku cerita pendek.
Secara keseluruhan, buku PJP ini menceritakan tentang seikat pocong yang hidup dalam kegalauan. Belajar menjadi setan seram yang mengganggu manusia namun gagal. Selain itu ada bab yang bercerita tentang #konsultaconggg. Yaitu bagaimana seandainya jika poconggg menjadi seorang konsultan percintaan. Walau sebenarnya sangat diragukan mengapa dirinya bisa menjadi konsultan, sedangkan ia jomblo seumur hidup.
Selanjutnya dan pula bagian yang bercerita tentang #SumpahPoconggg. Berisi komentar dari para fans poconggg yang rela melakukan apa pun dan akan dibuktikan jika nama dan akun mereka disebutkan di buku ini.
Bab lainnya tentang percintaan. Tentang awal kencannya dengan pocongwati, Dea. Tujuan poconggg berpacaran pun dikarenakan dia terobsesi dengan satu kalimat yang membuat dirinya nggak bisa tidur selama 3 hari. “Di balik pria sukses, terdapat seorang wanita hebat”. Mantabb !! Bisa dibaca di first date nya yang juga dikemas dengan kocak.
Melalui buku PJP ini terbukti bahwa siapa saja bisa jadi penulis. Termasuk seikat pocong (miris mendengarnya, red). Tertarik untuk baca buku ini ??? Selamat membaca.


2 Desember 2011

The Mission


Sutradara         : Roland Joffé
Sinematografi  : Chris Menges
Musik                : Ennio Morricone
Produksi           : 1986
Durasi               : 2:06

Pada pertengahan tahun 1750-an, kurang lebih 250 tahun setelah Columbus mendarat di Benua Amerika, orang Guarani yang hidup nomadik di Rio de La Plata di Paraguay akhirnya berjumpa dengan peradaban Barat. Seperti sudah kita ketahui, perjumpaan masyarakat asli Amerika dengan peradaban Barat adalah perjumpaan yang perih. Orang Guarani diburu dan dijadikan budak oleh orang Spanyol, sekalipun sebenarnya pada masa itu Spanyol sudah tidak mengakui perbudakan. Bahkan Gereja Katolik sendiri juga sudah tidak mengakui perbudakan. Namun apa mau dikata, dihapusnya perbudakan tidak berarti musnahnya praktik perbudakan, apalagi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. ***

Dengan latar belakang sejarah itulah, film garapan Roland Joffé yang dirilis tahun 1986 ini dibuat. Film dimulai dengan adegan Uskup Altamirano (Ray McAnally), perwakilan Vatikan untuk Amerika Latin, memdiktekan laporannya bagi Vatikan. Laporan yang gamang. Di satu sisi Uskup Altamirano melaporkan tunainya tugas membereskan daerah misi ordo Serikat Jesuit di sebuah daerah di Amerika Latin yang dipersengketakan Spanyol dan Portugis. Sementara di satu sisi Uskup Altamirano seperti menyayangkan tindakannya sendiri, yang menyebabkan musnahnya daerah misi Jesuit dan jatuhnya orang Guarani ke dalam perbudakan oleh bangsa Portugis. Padahal sungguh tidak mudah untuk meraih kepercayaan orang Guarani. Seorang pastur yang mencoba masuk ke kehidupan orang Guarani kemudian disalibkan dan dibuang ke sungai. Hingga kemudian datanglah seorang pastur muda yang bernama Gabriel (Jeremy Irons). Dengan hanya berbekal seruling, pastur Gabriel berangkat menempuh perjalanan berat menyusuri sungai dan mendaki air terjun untuk mencapai daerah orang Guarani. Ketika akhirnya berjumpa dengan orang Guarani, pastur Gabriel menggunakan serulingnya untuk membuat kontak. Hasilnya, dia diterima dengan baik oleh orang Guarani. Kehidupan orang Guarani berkembang. Mereka tidak hanya memiliki perkampungan yang layak tapi juga memiliki perkebunan-perkebunan mereka sendiri. Sementara di sisi lain, dikisahkan transformasi Mendoza (Robert De Niro), seorang pemburu budak yang membunuh adiknya sendiri dan menjadi orang linglung yang disiksa rasa bersalahnya. Mendoza kemudian menemukan jalan penebusan dosa dan rasa bersalahnya dengan menyeret semua peralatan perangnya menuju ke perkampungan orang Guarani bersama dengan pastur Gabriel. Setelah menerima pengampunan dari orang Guarani, Mendoza turut menjadi penggiat dalam daerah misi dan bahkan memutuskan menjadi pastur. Kehadiran Uskup Altamirano beserta delegasi Spanyol dan Portugis di daerah misi pastur Gabriel menjadi penggerak cerita. Uskup Altamirano sebenarnya datang untuk membawa pesan Vatikan, daerah misi harus gulung tikar untuk diserahkan ke Portugis. Berani menolak resikonya Portugal akan memutuskan hubungan dengan gereja Katolik. Dalam turne-nya itu, Uskup Altamirano malah menjadi gentar. Dia menyaksikan bagaimana masyarakat lokal setempat, orang Guarani, tidak hanya diberi label “sudah dikristenkan” tapi juga dimampukan agar sederajat dengan orang Eropa. Orang Guarani tidak hanya mampu menyanyikan lagu-lagu Gregorian dengan baik, tapi juga mampu mengelola perkampungan dan perkebunan mereka sendiri sama baiknya dengan yang dikelola orang Eropa. Tapi toh, gereja tak kuasa menolak arus politik saat itu. Daerah misi harus dialihkan ke Portugal dan orang Guarani harus kembali ke hutan atau jadi budak. Berbeda dengan rumusan film-film Hollywood (seperti Avatar yang sekarang sedang heboh), para Jesuit tidak serta merta menolak keputusan itu dan mengajak orang Guarani yang sangat kecewa dengan gereja untuk memberontak. Sekalipun sama-sama menolak perintah Uskup, pastur Gabriel memilih untuk “membantu mereka (orang Guarani) sebagai pastur” sedangkan pastur Mendoza dan seorang Jesuit lainnya (Liam Neeson) memilih menanggalkan jubah pastur dan memulai perlawanan bersenjata. Pastur Gabriel memilih memimpin misa terakhir untuk orang Guarani di saat Mendoza dan mantan Jesuit lainnya menyiapkan perlawanan bersenjata. Keduanya kemudian rebah diterjang peluru pasukan Portugis. Di saat-saat akhir tersebut, film nyaris tidak diwarnai dengan dialog. Adegan demi adegan datang silih berganti membuat kita bertanya-tanya; pastur Gabriel dan Mendoza sama-sama menolak perintah, tapi pilihan siapa yang lebih bermakna? *** 

Kita juga boleh memilih, penggalan film mana yang secara visual menyuarakan akhir riwayat kemajuan Suku Guarani; apakah ketika Pastur Gabriel akhirnya terhempas ke tanah bersama dengan monstran yang dipegangnya beserta anak-anak dan perempuan Suku Guarani, ketika Pastur Rodrigo menyadari bahwa jebakannya ternyata sia-sia belaka, atau ketika juru runding Portugis dan Spanyol membentangkan peta dan memasukkan daerah orang Guarani masuk ke wilayah Portugis. Seperti ajakan Romo Bas (Kompas, Desember 2009), orang Guarani bisa diganti dengan orang Amungme, Kamoro, Dayak Iban, atau Orang Rimba dan setelah itu kita bayangkan seperti apa akhir kehidupan masyarakat adat di negara kita dan dampaknya bagi perkembangan derajat kemanusiaan bangsa kita. Tidak heran jika kemudian Vatikan memasukkan film ini dalam daftar film yang terpuji sepanjang seratus tahun sejak pertama kali film diperkenalkan.